Feeds:
Pos
Komentar

~FF Cont~

*Minho

Aku melihat Ah Ra tertunduk sambil terisak dikamar mandi. Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah ia sama sekali tidak mengeluarkan air mata kemarin?

“Ah Ra-sshi kau baik-baik saja?” Tanyaku ragu

Ia tak menjawab dan melihatku sekilas lalu merunduk lagi. Aku menghampirinya, membungkukan badanku dan mengusap lembut kepalanya.

“Kau menangis? Apa kau mau menceritakannya padaku?”

Ia tak menjawab, lalu perlahan mengangkat kepalanya, menatapku kemudian memelukku. Aku benar-benar kaget, tak tahu apa yang harus kulakukan saat ini.
Aku merasakan air matanya menetes dipundakku. Membasahi long t-shirt abu-abu yang sedang kupakai.

“aku.. Aku baru saja bersamanya, dan sekarang ia pergi” Ucapnya dengan isakan yang menjadi-jadi.

Aku mengelus kepalanya lembut. Mencoba menenangkannya, walau aku tidak tau bagaimana cara aku melakukan itu.

“Kau akan baik-baik saja, aku akan menjadi Teukie hyung untukmu..” jawabku pelan.

Ia terdiam dan masih menangis sambil menggelengkan kepalanya. Menenggelamkan dalam tangisannya.
Aku melihat sungmin hyung yang sedang berdiri disana, ia memandangku dan adiknya dengan tetap diam tanpa protes. Lalu ia meninggalkan kami.

“aku mencoba untuk menerimanya, tapi itu sangat sulit.. Teukie oppa sangat baik”

“sudahlah.. Jangan menangis lagi.. Berjanjilah padaku!!”

Aku melepaskan pelukannya dan membantunya berdiri dengan mengusap air matanya. Ia memandangku, kemudian menunduk.

“jangan pernah kau lakukan ini lagi! Kau tau, ini sangat memalukkan!!”

Ia masih terdiam, kali ini berusaha menghapus air matanya sendiri.

“Berjanjilah padaku untuk tidak menangis ditempat seperti ini, menangis sendiri, dan merenungkan dirimu yang kau anggap salah”

Ia masih terdiam tak mengerti.

“kau tau kenapa? Karena, jika kau menangis sendiri dan ditempat seperti ini tanpa aku, tidak ada orang yang menghapus air matamu, meminjamkan bahunya untuk menghilangkan kesedihanmu, mengelus kepalamu untuk menenangkanmu! Maka berjanjilah padaku.”

Ia masih tidak menjawab perkataanku, tapi ia kini menatapku dengan kedua bola matanya yang masih basah. Kemudian, mendorongku dan berjalan menuju sungmin hyung yang telah siap dengan masakannya.

Sungmin hyung memandangi kami berdua dengan heran. Ia memandang wajahku dan wajah adiknya itu bergantian, memasukkan makanan ke mulutnya, kemudian melihat kami lagi.

“Kau menangis, Ah Ra?” Tanyanya khawatir.

“apa yang kau katakan pada adikku minho?” kini ia bertanya padaku.

Aku tersentak kaget. Sungmin hyung terlihat marah padaku.

“Aku… Aku hanya..” aku menjawabnya gugup.

“Minho oppa hanya membantu menenangkan pikiranku” Celah Ah Ra.

Oppa? Ia memanggilku dengan sebutan oppa? Sejak kapan ia menjadi anak yang sopan padaku dengan menambahkan kata oppa dibelakang namaku?

“oh.. Ya sudah, makan sarapanmu! Aku sudah membuatnya tadi” kata Sungmin hyung percaya.

“kau harus benar-benar memakannya walau sedikit. Setelah itu kau harus mandi, kau ingin pergi dengan minho bukan hari ini?” lanjut sungmin hyung.

Aku tersenyum pada Ah Ra yang sedang mengaduk-aduk makanannya.

———————***————

Aku dan Ah Ra kini berada di dalam mobil. Ia memakai t-shirt putih polos dengan cardigan hitam selengan dan celana cokelat serta jam tangan hitam melingkar dipergelangan tangannya.
Ia hanya terus terdiam sambil menoleh keluar. Pandangannya kosong, dan aku tau pikiran dan tubuhnya kini terpisah. Sesekali aku meliriknya, tapi sepertinya ia tidak peduli.

“kau ingin membawaku kemana, minho?” Tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya.

“kau ingin kemana?” Tanyaku balik.

“aku bertanya padamu, kenapa kau malah bertanya lagi padaku? Aneh” Nada bicaranya memang terdengar sangat ketus. Tapi, aku dapat mengerti.

“hehe, apa… Apa kau ingin ke taman hiburan? Aku ingin bermain roller coaster disana. Aku pernah mencobanya bersama Taem, sangat mengasyikkan.”

“aku tidak mau kesana”

Mwo? Cepat sekali ia menjawab.

“Lalu kau ingin kita kemana Ah Ra-sshi?”

“aku tadi bertanya padamu, jangan tanya lagi padaku! Dan berhentilah memanggilku Ah Ra-sshi, panggil aku Ah Ra”

“kalau ke pegunungan, mau?”

“aku tidak mau”

“pantai? Ah tidak itu membosankan.. Danau disuatu desa? Kau mau? Itu sangat indah”

Ia melihatku.

“ne, kita pergi kesana”

Aku tersenyum, kemudian dengan semangat melajukan mobilku segera.
———————-***————
“kenapa harus macet?” keluhku pelan hampir tak terdengar. Aku membanting tanganku ke kemudi, dan menyendarkan tubuhku.

“Kau mengeluh?” Tanya Ah Ra.

Aku kira ia tak mendengarnya. Dasar telinga kelinci!!
Aku tak menjawab.

“Minho, apa kau akan tetap mengajakku pergi jika aku tidak memakan sarapanku tadi pagi?”

Aku menegakkan tubuhku sejenak, lalu kembali menyandarkannya sambil memalingkan wajahku.

“kenapa? Apa kau tidak ingin pergi bersamaku hari ini? Jika ya, baiklah.. Aku akan memutar arah didepan”

“kenapa kau selalu bertanya kembali padaku? Aku meminta jawabanmu, tapi kenapa kau bertanya lagi? Apa kau selalu seperti ini pada setiap orang? Atau hanya padaku”

Ia mulai memakiku lagi. Aku lelah. Aku tak menjawab makiannya bersamaan laju kendaraan yang hanya bergerak 1 meter. Mengapa harus macet saat ia memakiku? Arggghh aku bisa gila karenanya.

“Bisakah kau tidak memakiku lagi? Aku lelah mendengarnya”

Kini, ia yang terdiam. Memandang wajahku dengan penuh emosi.

“kau sangat mengesalkan” Katanya tanpa mengalihkan pandangannya.

“bisakah kau menghargaiku? Aku hanya berusaha meyakinimu, hidupmu tidak akan berakhir disini! Kau bisa kembali tersenyum lagi. Tapi, apa sikapku kau tanggapi? Tidak!! Kau hanya memikirkan dirimu sendiri. Lihat oppamu yang sangat ingin kau tertawa lagi! Apa kau menghargainya? Tidak, kan?” Kali ini aku tidak bisa mengendalikan emosiku.

“kau tidak mengerti ini, Choi Minho” Ia tak kalah menggertakku.

“apa yang tidak aku mengerti?”

“aku.. Aku kehilangan teukie oppa, orang yang sangat aku sayangi. Kau tidak akan pernah mengerti”

“aku mengerti” Aku mulai merendahkan nada bicaraku. Melihatnya yang kini masih memandangku sinis.

“ia punya kerusakan hati, dan kau tidak mengerti”

Ia masih menggertakku. Kali ini, suaranya terdengar bergetar, dan ia mengalihkan pandangannya keluar sana. Aku tau ia menangis!!

“tidakkah kau mengerti? Aku baru saja bersamanya hari itu, dan besok paginya ia meninggalkanku, apa kau paham?” ia menatapku dan memalingkan wajahnya lagi.

Ya Tuhan, apa aku memakinya terlalu keras?
Aku mengambil tisu dan menyodorkannya. Ia mendorong tanganku, memilih untuk menghapus air mata dengan tangannya.

“maafkan aku! Aku.. Aku hanya tidak ingin kau terlarut dengan semuanya! Aku.. Aku juga pernah mengalami kejadian sepertimu. 2 setengah tahun lalu, saat malam ulang tahunnya, aku dan taemin membuat sebuah kejutan untuknya. Ia gadis yang sangat baik, namanya Jung Soo Jin! Malam itu, aku dan Taemin mendatangi rumahnya, dan ia sangat terkejut. Ia memelukku dan taemin. Lalu menyuruh kami berdua masuk. Aku dan taemin menurut. Dan kau tau? Saat ia meminta sebuah permohonan dan meniup lilin. Ia tersenyum padaku dan taem lalu ia bertanya. ‘aku membuat satu permohonan oppa.. Semoga aku dapat selalu melihat senyummu, dan berjanjilah padaku’. Lalu ia jatuh pingsan, aku dan taemin panik dan segera membawanya kerumah sakit. Nyawanya tidak tertolong. Dan kau tau apa penyebabnya? ”

Aku menggantung ucapanku. Ah Ra tetap tidak bergerak.

“ia mempunyai kerusakan hati, sama seperti Teukie hyung”

Ah Ra mengalihkan pandangannya. Dengan mata yang masih basah itu, ia menatapku, tak percaya apa yang baru saja kuceritakan.

~tbc~

FF ‘Saranghaeyo girl’

Starring: Lee Ah Ra
Choi Minho
Lee Sungmin
Park Jung Soo
Lee Taemin
Im Yoona

supported cast: SHINee member, Jung Yoogeun, Henry Lau, Kim ryeowook

* Sungmin

Aku dan minho memutuskan untuk mengantar dan menemani Ah Ra (adikku) ke penginapannya. Wajahnya nampak datar, tidak ada ekspresi yang terpancar.
Sepanjang acara pemakaman teukie hyung tadi, aku memang mendapatinya tidak menangis sedikitpun. Bahkan ia sempat menepis tangan Minho yang mencoba menenanginya. Aku tidak tahu, apakah ia terlalu sedih sampai air matanya tidak mampu lagi untuk keluar, atau bahkan ia depresi? Aku tidak mengerti.

“oppa akan membuatkan teh, kau duduk disini saja dengan Minho” Ucapku, tapi Ah Ra masih terdiam.

“Ne hyung” Jawab Minho sambil membungkukan tubuhnya.

Aku berlalu dan segera membuat teh hangat untuk kami bertiga, ku harap itu akan membantu Ah Ra agar lebih tenang.
Dari dapur, sayup sayup aku mendengar Minho mulai mengobrol dengan Ah Ra, ia bicara panjang lebar. Tapi, aku tidak mendengar sepatah katapun yang keluar dari mulut adikku itu. Ya sudahlah!!!

“minumlah teh nya dulu, kau akan merasa lebih baik” Kataku dan segera meletakkan sebuah nampan diatas meja, mengambil secangkir teh dan menyodorkannya pada Ah Ra.

“saeng, kau juga harus minum teh buatanku”

“ne hyung” Lalu Minho pun meneguknya.

Aku memandang Ah Ra, ia benar-benar tidak bergerak. Wajahnya masih sama seperti tadi, hanya saja ia kini memandangku dan minho secara bergantian.

“pulanglah kalau kau ingin pulang oppa, ini sudah jam 8 malam” Akhirnya Ah Ra bersuara.

“mwo? Aku tidak ingin pulang,, apa kau..”

“kau harus bekerja besok pagi, pulanglah” ucapnya cepat memotong kata-kataku.

Ia terdiam, aku tidak ingin meninggalkan adikku dalam keadaan yang seperti ini. Tapi, ia masih mementingkan diriku yang harus bekerja besok.

“pulanglah hyung, aku akan menjaganya” Saran minho.

Aku mengangguk, seraya mengambil sweater dan segera berlalu sambil sebelumnya mencium kening Ah Ra.

——————***—————-
Aku sampai jam 9.30 malam dan langsung menuju kamarku. Rumah nampak sangat sepi tanpa Eomma, appa, dan Ah Ra tentunya. Eomma dan Appa bekerja disebuah perusahaan dan mereka dipindah tugaskan ke luar Seoul, sedangkan Ah Ra memilih untuk tinggal disebuah penginapan yang cukup dekat dengan tempatnya bekerja.
Aku masih sangat mengkhawatirkan adikku itu, kepergian Teukie hyung sangat berpengaruh padanya. Bagaimana tidak? Teukie hyung adalah orang yang paling dekat dengannya. Tapi, Teukie tidak pernah memberitahu dan menunjukkan kalau Ia mempunyai penyakit hati yang kronis. Ia selalu terlihat sangat kuat didepan Ah Ra.
——————-***—————–

*Ah Ra

Sungmin oppa memutuskan untuk pulang saat aku menyuruhnya tadi. Kini, hanya ada aku dan Minho yang masih duduk diruang tengah menikmati teh buatan oppa ku tadi. Tapi, sepertinya hanya Minho yang meneguknya.
Ia duduk dihadapanku, memandangku yang masih tak ingin bicara. Aku sudah tidak bisa menangis!! Aku sangat terpukul dengan kepergian Teukie oppa tadi pagi. Apa ini hadiah untuk menyambut Tahun baru lusa? Aku sama sekali tidak menyukainya.

“apa kau lelah? Kau ingin istirahat, Ah Ra-sshi?” Tanya Minho padaku.

Aku menggeleng ringan. Ia tersenyum dan aku bisa merasakannya. Aku mengangkat kepalaku dan kaget saat ia menyodorkan satu sendok penuh bubur dihadapanku. Kapan ia memasaknya?

“aku tau kau belum makan, bukalah mulutmu, aaaaa” Ia tersenyum dan makin mendekatkan sendok itu kedalam mulutku.
Aku mendorong lengan Minho, tapi ia tetap tersenyum.

“kau harus makan” katanya lagi.

“baiklah, aku tidak akan memaksamu! Tapi, setidaknya kau harus meminum teh buatan oppamu, rasanya sangat enak” Lanjutnya.

Aku terdiam dan melihatnya pergi ke dapur untuk membereskan mangkuk bubur yang tidak sama sekali kumakan.

“sudah jam 11 sebaiknya kau tidur.. Ayo aku antar”

Ia menarik lenganku dan menyanggahku menuju kamar. Aku menurut dan terbaring dikasur. Ia menyelimutiku dan duduk disamping tempat tidurku.

“tidurlah, kau sangat lelah dan nampak buruk hari ini! Besok kita akan pergi ke suatu tempat, pasti menyenangkan! Aku akan menjagamu” Ucapnya.

Entah mengapa aku memang langsung tertidur. Mungkin aku memang lelah atau aku tidak sabar menunggu besok?

——————-***————–
Aku terbangun dan mendapati minho sedang menyiapkan sarapan pagi untukku.

“annyeong, kau sudah bangun? Cepat cuci muka dan sikat gigimu, setelah itu sarapan bersamaku dan oppamu” Katanya ramah dengan asyik mengoleskan roti dengan mentega kemudian memanggangnya.

“apa yang kau lakukan? Mengapa pagi-pagi sekali kau sudah ada disini?” Tanyaku masih dengan mengantuk.

“Ah Ra-sshi, kau tidak tau? Semalam minho tertidur di ruang tengah, aku yang membangunkannya tadi, cepat sikat gigimu, nafasmu sangat tidak enak” Sungmin oppa menghampiri dan mendorongku masuk ke kamar mandi dan memberikan sikat gigi dan tersenyum padaku.

“kurasa aku setuju dengan pria itu” bisiknya.

Aku terkejut dan menatap kaget Oppa. Ia tertawa cekikikan sambil mencolek lenganku.

“seleramu bagus, pertahankan”

“terserah kau saja, Oppa..” Aku berteriak.

Sungmin oppa terdiam, mengacak rambutku ringan dan meninggalkanku.
Aku menatap wajahku di cermin, nampak sangat lesu tidak bergairah. Aku kembali mengingat Teukie Oppa, itu sangat menyakitkan. Aku masih ingat kalimat terakhir yang ia ucapkan padaku “aku akan memberimu hadiah, Tahun baru akan ku kirimkan hadiah itu, bukalah bersama Minho” Lalu saat dibukit, saat ia marah padaku yang ingin mendonorkan hati untuknya “babo!! Aku tidak akan pernah mau menerima pendonoran hatimu! Jangan lakukan itu”.
Tanpa terasa air mataku menetes. Air mata ini kembali membasahi pipiku yang kemarin kering. Aku terduduk lemah dikamar mandi, menundukkan kepalaku dan terisak pelan. Aku tidak mau satu orangpun mendengarnya.

~to be continued~

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.